Renungan Harian Kejadian 24 | Kucing Dalam Karung. Di beberapa daerah di Indonesia, jodoh menjodohkan itu masih ada. Jadi tidak ada proses pacaran. Bahkan ada di antara mereka belum berkenalan sama sekali. Bertemu hanya pada saat mengantar jujuran pernikahan.
Saya baru saja menonton acara perjodohan orang-orang Yahudi yang masih memegang erat tradisi perjodohan. Salah satu dari mereka menolak perjodohan itu dan berkata, “Itu seperti membeli kucing dalam karung.” Ia bermaksud bahwa dijodohkan sama dengan buta tak mengenal siapa yang akan menjadi pasangan hidupnya. Iya kalau ia cocok, jika tdak cocok maka pernikahannya justru akan kacau. Namun para orang tua mereka mengatakan, “Kami sebagai orang tua tahu mana yang baik buat kalian dan pilihan kami adalah mereka yang orang tuanya kami sangat kenal.”
Kucing Dalam Karung
SAUDARA, ketika Tuhan hendak memberi pendamping hidup kepada Ishak, mengapa Ishak harus melalui proses perjodohan? Apalagi ketika orang yang diutus untuk mencari jodoh bagi Ishak adalah seorang hamba alias pembantunya Abraham. Ketika Tuhan memilih sesuatu bagi anak-anak-Nya maka Tuhan tidak menjadikannya seperti ‘kucing dalam karung’. Tuhan tidak menjadikannya seperti judi, bisa memang bisa tidak, bisa cocok bisa tidak. Pilihan Tuhan selalu tepat buat kita. Tidak selalu bahwa apa yang kita pilih untuk hidup kita adalah baik buat kita. Ada kalanya kita tutup mata saja dan Tuhan yang memilih yang terbaik buat kita.
Salah satu kenalan saya mengirim 2 surat lamaran, A pekerjaan yang ia suka, B bukan hal yang ia suka tetapi keinginan ortunya. Ternyata ia diterima dengan pekerjaan B. Apa Tuhan salah? Tidak! Awalnya ia tidak suka, tetapi ketika ia mulai bekerja, ia bisa melihat bagaimana ortunya bahagia, rekan-rekan kerjanya sangat baik, bahkan bosnya sendiri sangat baik. Intinya, pilihan Tuhan buat kita tidak akan pernah salah. (vlo) (Renungan Harian Kejadian 24 | Kucing Dalam Karung)
Baca juga: 1 Korintus 2: 9 | Ketaatan