Renungan Harian Yehezkiel 34: 1-31. Pernahkah hati kita merasakan kegetiran menyaksikan sosok figur yang seharusnya melindungi tetapi menyakiti? Orang tua yang seharusnya memberikan kenyamanan dan bimbingan pada anak tetapi didapati melakukan tindakan pelecehan pada anak kandungnya? Pemimpin rakyat yang seharusnya mengedepankan kepentingan rakyat tetapi mengambil uang rakyat? Atau seorang gembala yang seharusnya memberikan teladan hidup tetapi menelantarkan jemaatnya?
Dalam Yehezkiel 34 kita dapat melihat perbandingan antara gembala yang jahat dan gembala yang baik. Gembala yang jahat menyandang status sebagai gembala, namun tak menjalankan fungsi kegembalaan dengan baik.
Gembala yang jahat menggembalakan dirinya sendiri, menikmati susu dombanya, membuat pakaian dari bulu dombanya, dan memakan daging dombanya. Gembala yang jahat tidak serius menggembalakan dombanya.
Gembala yang jahat tidak menguatkan yang lemah, tidak mengobati yang sakit, tidak membawa pulang yang tersesat, tidak mencari yang terhilang, bahkan menginjak-nginjak dombanya dengan kekerasan.
Gembala yang jahat membiarkan domba-dombanya terserak di mana saja, bahkan membiarkan domba-dombanya menjadi mangsa binatang liar.
Apa yang menjadi fokus gembala yang jahat? Dirinya! Dirinya! Dan dirinya! Bukan jemaatnya dan bukan Tuhannya. Dan Tuhan mengecam gembala yang jahat. Tuhan melawan gembala-gembala yang jahat. Tuhan menghukum gembala-gembala yang jahat. Tuhan mengirim Yehezkiel untuk bernubuat melawan gembala-gembala yang jahat. Betapa mengerikan jika dalam sebuah gereja memiliki gembala yang demikian.
Tuhan Adalah Gembalaku
Tuhan mengingatkan status dan peran gembala yang sesungguhnya yang tercermin dalam diri Yesus sebagai gembala yang baik. Gembala yang baik mencari dan memperhatikan domba-dombanya.
Mengumpulkan domba-domba yang terserak entah di gunung, lembah atau sungai. Menuntun domba-dombanya ke padang rumput yang baik dan air yang tenang.
Gembala yang baik mencari yang hilang, membalut yang terluka, menguatkan yang sakit, dan melindungi seluruh dombanya. Gembala yang baik mengorbankan segalanya untuk melindungi domba-dombanya dari mangsa apapun.
Dia memberikan rasa aman dan tentram bagi dombanya. Sebuah taman kebahagiaan danĀ tak seorang pun akan mati kelaparan di sana.
Betapa mengerikan sebuah gereja jika memiliki seorang gembala yang jahat dan betapa membahagiakan memiliki seorang gembala yang baik. Seorang gembala harus selalu ingat status dan perannya.
Mencari dan menyelamatkan yang terhilang. Memberikan makanan rohani terbaik lewat ajaran, didikan, bahkan teguran agar jemaatnya dapat bertumbuh dengan baik.
Gembala yang baik akan menuntun jemaatnya ke jalan yang benar. Jemaatnya akan selalu disadarkan akan mawas diri, supaya tak terlena dengan mangsa dunia ini, keserakahan, haus akan uang, kekuasaan dan cinta diri berlebihan.
Dia memberikan air yang tenang, sebuah kedamaian hidup dalam Tuhan dan menikmati relasi indah bersamaNya. Mengingatkan ada sebuah taman kebahagiaan yang harus selalu menjadi fokus hidupnya yakni sebuah relasi kekal bersama Allah.
Tahukah kita bahwa kita terpanggil menjadi gembala dalam dunia ini? Gembala bagi keluarga dan anak-anak kita? Gembala bagi bawahan kita di kantor? Gembala bagi anak-anak sekolah minggu yang kita ajar? Gembala bagi orang-orang yang kita layani? Gembala bagi seluruh pembaca yang menikmati karya tulis kita?
Apapun profesi yang dipercayakan Tuhan kepada kita hari ini, Tuhan ingin kita dapat berperan sebagai gembala yang baik dengan meneladani Tuhan Yesus sebagai gembala yang baik.
Ditulis oleh: Selfy Antasia
Renungan Harian Yehezkiel 34: 1-31 | Tuhan Adalah Gembalaku Yang Baik