Renungan Harian Ibrani 12: 5-11 | Ketika Nakhoda Tiada. Kegagalan usaha membuat suami Rut berubah. Dari yang dulunya penyabar dan penuh kasih, ayah empat anak ini menjadi mudah tersulut emosi. Pertengkaran menjadi pemandangan sehari-hari. Puncaknya, suami Rut meninggalkan rumah. Ternyata ia juga meninggalkan utang yang cukup besar hingga Rut harus menjual rumah mereka dan pindah ke rumah yang kecil di luar kota. Rut merasa lemah dan putus asa.
Ketika Nakhoda Tiada
Di lembah keputusasaan, temannya mengajak Rut mengikuti pelatihan keterampilan membuat aksesoris. Ternyata inilah yang mengubah jalan hidup Rut. Rut mulai membuat aksesoris berbahan kain tradisional dan sukses. Tak hanya itu, wanita berambut ikal ini juga bisa membantu memberi lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu korban KDRT di sekitar tempat tinggalnya.
Di kala badai menyerbu, Rut bersandar pada Tuhan. Lulusan sebuah akademi di Jakarta ini berdoa sambil meneteskan air mata. Doa membuatnya tenang meski ia harus berperan sebagai ibu sekaligus ayah bagi 4 buah hatinya yang masih kecil. Maka jika duda melanda, marilah kita berpaling pada Tuhan, seperti yang dilakukan Rut ketika suami meninggalkannya.
Tuhan membantu kita melihat bagaimana saat-saat yang sulit dapat memunculkan bakat-bakat kita yang terpendam. Bakat Rut membuat aksesoris justru muncul di saat-saat berat dalam hidupnya.
Benarlah apa yang dikatakan Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Ibrani. Apabila kita bertekun dalam iman dan sabar menunggu waktu-Nya serta terus memohon pertolongan-Nya, Tuhan akan membantu ita dengan memunculkan bakat-bakat terpendam kita. Berkat-Nya sungguh nyata. (is) (Renungan Harian Ibrani 12: 5-11 | Ketika Nakhoda Tiada)
Baca juga: Renungan Harian Yesaya 26: 3-4 | Damai Yang Sempurna