Renungan Galatia 6: 1-10 (Menabur dan Menuai). “Lee Kuan Yew Wariskan Singapura yang Maju”, demikian bunyi salah satu judul dalam harian Kompas Selasa, 24 Maret 2015. Menjelang perayaan tahun emas kemerdekaan Singapura, negara itu ditinggalkan pendirinya. Lee Kuan Yew, perdana menteri pertama yang mewariskan Singapura yang maju, sejahtera, dan modern. Produk domestik bruto per kapita Singapura meningkat tajam dari US$ 526 saat merdeka pada 1965 menjadi US$56.000 pada saat ini. Ini melampaui Jepang dan Jerman. Sebanyak 90% warga Singapura memiliki rumah sendiri, rasio yang sangat tinggi dibandingkan dengan banyak negara.
Dengan fakta di atas, tak bisa dipungkiri bahwa Singapura memang tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Dulu memang negara berkembang, tetapi kini Singapura termasuk degara maju di Asia. Rahasianya adalah pemimpin yang mau menabur benih yang baik atas negaranya, berupa ketegasan dan konsisten.
Karena Lee Kuan Yew, melakukan prinsip yang diajarkan Tuhan melalui Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia, yakni menabur dan menuai. Tak heran apabila kemudian Tuhan memberkati negaranya. Jika hari ini kita menabur sesuatu yang buruk dan jahat, kelak pasti kita akan menuai yang buruk dan jahat. Sebaliknya, jika hari ini kita menabur yang baik, kelak kita akan menuai kebaikan dan sukacita.
Menabur dan Menuai
Prinsip ini mutlak. Semutlak hukum tabur-tuai yang sudah lama kita pahami. Prinsip tersebut berlaku dalam kehidupan kita. Jadi, taburlah hal-hal yang baik jika kita ingin melihat masa depan diri sendiri dan negara kita yang baik dan diberkati Tuhan. Penaburan benih itu dimulai hari ini. So, jangan tunda untuk menabur yang baik! Selain itu, sadarilah prinsip ini. Karena, jika kita hanya mengetahui prinsip ini tetapi tidak melakukan, sesungguhnya kita bakal memberkati dan menjerat diri sendiri.