Renungan Lukas 20: 20-26 (Kepada Kaisar, Kepada Allah). Dasar orang melakukan korupsi adalah kebutuhan. Caranya mengambil uang atau peralatan kantor, menaikkan jumlah pajak supaya kenaikannya bisa diambil, menyuap pejabat publik untuk proyek fisik supaya mereka tutup mulut ketika bangunan itu rusak karena tidak sesuai standar, membuat proyek fiktif, memperpendek hari dan jam dari suatu proyek untuk mendapatkan biaya operasional yang masih tersisa.
Kepada Kaisar, Kepada Allah
Seperti praktik para koruptor itu, para ahli Taurat menjerat Yesus dengan bertanya “Apakah kami diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” Jika Yesus membolehkan, mereka keberatan karena kalau Yesus adalah Mesias. Dia harus membela mereka supaya tidak membayar pajak kepada kaisar. Namun, jika Yesus membolehkan, artinya Dia berpihak kepada kaisar, yang menjajah sehingga mempunyai alasan untuk melawan-Nya karena dianggap antek penjajah. Dia tidak langsung menjawab tetapi balik bertanya seperti ayat di ayat. Dengan pertanyaan itu, kira-kira maksudnya, karena a) 1 dinar adalah alat jual-beli saat itu, artinya mereka mengakui kaisar sebagai penguasa mereka. 2) kaisar sudah memfasilitasi uang itu sehingga mempermudah jual-beli, mereka harus membayar pajak kepada kaisar. Kemudian, karena mereka tidak mengikuti agama kaisar tetapi mengikuti Allah, artinya mereka harus mempersembahkan uang bergambar kaisar itu kepada Allah. Dengan demikian, mereka harus menghormati otoritas tertinggi, yang sudah mereka akui.
Meski tidak dijajah, kita harus membayar pajak meski terkadang mereka yang memungut pajak mengkorupsi uang kita. Hendaknya, kita harus bisa memilah tanggung jawab dan hukuman. Selain itu, kita juga harus mempersembahkan uang kita kepada Tuhan sebagai biaya operasional gereja. (pam)