Renungan Pengkhotbah 3: 16-22 (I Hate Monday). I Hate Monday. Kalimat ini tentunya tidak asing di telinga kita. Banyak orang membenci hari Senin. Setelah Sabtu-Minggu berakhir pekan, bermalas-malasan, atau mungkin berwisata dengan keluarga maupun teman. Tiba-tiba kita harus mulai bekerja kembali, meninggalkan setiap zona nyaman kita. Namun ada juga orang yang merasa gembira dan bersemangat ketika memasuki hari atau minggu yang baru. Bagi mereka, hari baru adalah kesempatan baru, peluang baru. Oleh karena itu, mereka menyambutnya dengan hati yang gembira dengan semangat dan tekad baru. Termasuk yang manakah Anda? I hate Monday atau I like Monday?
I Hate Monday
Libur atau cuti memang cara terbaik untuk penyegaran kembali tubuh yang lelah karena bekerja. Namun sayangnya, kita tidak bisa melakukan hal itu setiap kali jenuh melanda. Karena kita punya tanggung jawab kepada atasan atau bos kita. Jadi, untuk mengatasi persoalan jenuh itu tak ada cara lain kita mengikuti seperti yang dikatakan oleh nats hari ini bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia bergembira dalam pekerjaannya. Artinya, seperti apa pun jenis pekerjaan dan seberat apa pun tanggung jawab itu, bahkan ketidakadilan apa pun perlakuan atasan terhadap kita, kita harus mencintai pekerjaan tersebut. Sebab, rasa cinta terhadap pekerjaan menimbulkan sukacita yang memampukan kita bekerja dengan gembira dan semangat.
Orang yang mencintai pekerjaannya, biasanya jauh dari stress meskipun pekerjaannya berat dan banyak karena ia menikmati pekerjaannya. Jadi, jika Anda tidak ingin pekerjaan menjadi beban berat yang selalu membuat stress, cintailah pekerjaan Anda. (val)