Renungan Harian Ayub 8: 1-22 (Hikmat di Balik Penderitaan). Beberapa pekan lalu, ada kepala sekolah menderita batinnya. Tanpa sepengetahuannya, bendahara sekolah telah mengkhianatinya dengan “melenyapkan” uang ratusan juta yang digunakan untuk membangun gedung sekolah. Sewaktu pemeriksaan laporan keuangan oleh tim penyidik, ditemukan penggelapan uang ratusan juta. Semua bukti transaksi tertera paraf bendahara dan kepala sekolah. Bendahara tanpa diketahui alasannya kabur bersama uang curiannya. Akhirnya, kepala sekolah dinyatakan bertanggungjawab dan harus mengganti kerugian tersebut, bahkan jabatannya dicopot.
Hikmat di Balik Penderitaan
Secara manusia pasti menderita karena dituduh melakukan sesuatu yang tidak dilakukan, sementara pelakunya adalah orang kepercayaan. Reputasi hancur bahkan tak jarang dikucilkan oleh lingkungan. Meski, sudah bekerja keras dengan tulus dan jujur demi membangun citra yang rusak, tetap dicap pembohong. Situasi ini terkadang membuat kita putus harapan dan menderita berkepanjangan.
Jerit penderitaan ketidakadilan tidak membuat Tuhan tuli. Dia tidak akan membiarkan ketidakadilan dan ketidakbenaran terjadi pada kita. Tuhan dapat memulihkan kembali kehidupan kita, asalkan kita mau setia bekerja setulus hati demi kemuliaan-Nya walau ada berbagai risiko, juga tetap percaya dan mengandalkan Dia dalam setiap perkara. Tuhan punya rencana indah di balik penderitaan. Jalan yang sudah dipersiapkan-Nya melalui pengkhianatan rekan kerja hanya sebagai batu loncatan agar pribadi kita semakin dewasa dan kuat sehingga kita mampu menduduki tempat mulia yang sudah dipersiapkan-Nya di masa mendatang.
Hidup kita tidak berhenti hari ini. Hari ini ada penderitaan demi memperjuangkan kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Esok pasti ada sukacita karena iman kepada Tuhan mampu memulihkan yang dulu hina, bahkan membawa kita pada level atas. (sto)