Renungan Harian 5 Efesus 4: 20-27 (Sacked by Mouth). Clive O’Connell, penggemar Chelsea FC dan pengacara terkenal, dalam sebuah wawancara televisi berkomentar soal kekalahan timnya 1-3 atas Liverpool FC pada pertandingan Liga Inggris beberapa waktu yang lalu. Begitu marah atas hasil akhir, Ia mengatakan hal-hal yang tak layak terhadap penggemar Liverpool FC yang hadir di Stamford Bridge. Ia mengatakan orang Liverpol sampah—scouse scum. Akibatnya, beberapa hari kemudian, badan hukum tempat ia kerja—Goldberg Segalla—memecatnya (sacked). Badan firma itu menyatakan, “Komentar O’Connell sepenuhnya tak konsisten dengan etos kerja kami. Kata-katanya dengan lantang dan sederhana begitu menyudutkan”.
Supaya tidak mengalami sepertinya, nats kali ini begitu menarik untuk disiimak. Dengan sederhana dinyatakan kalau marah, janganlah kita berbuat hal yang tak sesuai kehendak Tuhan. Marah tidak dilarang. Anehnya, otak dan hati kita tiba-tiba begitu sesak sehingga saat amarah datang, jalur pelampiasan paling mudah ada dalam wujud-wujud yang tak dikehendaki Tuhan—mencaci, menghujat, dan menyakiti diri sendiri atau orang lain. Jika reaksi tak terpuji mengikuti amarah, penyesalan yang akhirnya kita rasakan. Hal inilah yang dirasakan O’Connell. Walaupun telah meminta maaf, “nasi sudah menjadi bubur”.
Hikmat hari ini adalah saat marah, mari kita menjaga hati dan pikiran supaya tidak sesak dan mampu melampiaskan amarah dengan tak melanggar aturan-Nya. Jujur, hal ini membutuhkan waktu dan kesabaran yang ekstra. Mintalah Roh Kudus untuk senantiasa membantu kita dalam menangani amarah kita. Jika berjalan sendiri, kita pasti banyak gagalnya. Dengan pertolongan Tuhan, kita akan dibentuk seturut maksud-Nya. (nsg)