Renungan 1 Korintus 4: 12-13 (Filsafat Hidup Pohon Karet). Ada teman saya mengajak saya berjalan-jalan di perkebunan karet. Saya melihat seseorang sedang menyayat-nyayat pohon tersebut untuk mendapatkan getahnya, Bekas sayatan itu sudah dalam. Artinya pohon tersebut sudah sering disayat untuk mengeluarkan getahnya. la memasang wadah untuk menampung getah yang mengalir dari bekas sayatan tersebut.
Filsafat Hidup Pohon Karet
Apa yang berharga dari pohon karet? Iya, jelas getahnya. Getah karet akan menghasilkan banyak benda yang bisa dinikmati manusia, seperti ban kendaraan, bola, dan benda-benda lain yang berbahan dasar karet. Untuk mendapatkan getah yang berharga, pohon itu harus sayat. Bagi si pohon, ini sangat “menyakitkan” sekali. Namun, demi menghasilkan sesuatu yang berharga, bagi pihak lain, ia “rela” disayat-sayat.
Filsafat pohon karet yang bisa kita dapatkan di sini adalah dilukai tetapi justru mengeluarkan sesuatu yang berharga. Dengan filosofi ini sikap hidup orang dapat memetik hikmahnya. Ketika dilukai orang lain, ia harus menghasilkan sesuatu yang sangat berharga. Ini adalah proses kehidupan yang akan membawa orang percaya menjadi serupa dengan Kristus. Dari ayat di atas Rasul Paulus mencontohkan dirinya dengan sangat baik tentang hal ini. la tidak membalas perlakukan buruk orang lain dengan tindakan buruk. la membalas orang tersebut dengan kebaikan.
Karena itu, marilah saat ini kita belajar seperti pohon karet. Ketika dilukai, kita belajar mengampuni, bukan membalas dendam atau iri hati. Dengan demikian, sesuatu yang berharga, seperti buah Roh (Gal. 5:22-23) akan keluar melalui kehidupan kita. (dan)