Mengikuti-Yesus-di-Jalan-Penderitaan-dan-Kerendahan
Minggu Prapaskah I : Mengikut Yesus di Jalan Penderitaan dan Kerendahan

Mengikut Yesus di Jalan Penderitaan dan Kerendahan. Ketika Yesus berada di Galilea, datanglah orangorang Farisi kepada-Nya, mereka berkata: “Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau”. Kita tahu bahwa selama perjalanan hidup Yesus, orang-orang Farisi tidak suka kepada-Nya, mereka berusaha mencobai Yesus karena sikap Yesus yang tidak mengenal kompromi terhadap kelakuan orang-orang Farisi pada umumnya. Alkitab juga tidak menjelaskan apakah peringatan dari orang-orang Farisi itu adalah sebuah kepedulian yang tulus untuk memperingatkan Yesus tentang bahaya yang datang dari penguasa negeri itu atau sekedar ingin menakut-nakuti Yesus agar Ia cepat-cepat meninggalkan tempat tersebut.

Namun Yesus menjawab peringatan orang-orang Farisi tersebut dengan berkata: “Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu, Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga, Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidak semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.” (Luk.13:32-33).

Yesus sebagai Anak Allah tahu benar akan misi karya keselamatan Allah yang harus diselesaikan-Nya di Yerusalem, bukanlah di Galilea. Dia juga tahu benar bahwa yang akan menganiaya diri-Nya bukanlah dari golongan non Yahudi seperti Herodes, melainkan para imam, ahli Taurat, dan orang-orang Farisi yang merasa amat terganggu dengan kehadiran Yesus karena kehadiran-Nya membuat citra mereka di mata umat Yahudi menurun dan mereka berpaling kepada Yesus yang telah banyak menolong mereka dengan mengusir setan, menyembuhkan orang-orang yang mengalami sakit-penyakit, bahkan yang sudah bertahun-tahun sakit dan tidak ada yang dapat menyembuhkan mereka kecuali Yesus. Di samping itu Yesus juga melakukan banyak mujizat yang membuat umat Israel menjadi yakin bahwa Dia-lah sang mesias.

Mengikut Yesus

Perjalanan Yesus menuju Yerusalem bukanlah perjalanan biasa, melainkan adalah sebuah perjalanan menyongsong penderitaan yang akan ia alami sampai dengan akhir hayat-Nya. Bisa saja Yesus tetap berlama-lama di Galilea atau membatalkan perjalanan ke Yerusalem, dengan konsekuensi misi karya penyelamatan Allah bagi manusia tidak akan terlaksana. Tetapi hal itu mungkin bisa dilakukan oleh orang biasa dan bukan oleh Yesus yang adalah Anak Allah yang taat kepada misi yang sudah ditentukan dan dinubuatkan oleh Allah dengan perantaraan para nabi. Yesus tidak lari dari “cawan pahit” yang disediakan bagi-Nya meskipun harus menjalani penderitaan dan kesengsaraan untuk menggenapi misi yang diemban-Nya.

Penderitaan, penganiayaan, bahkan kematian yang dialami Yesus bukanlah dilakukan oleh orang-orang yang tidak berpendidikan, melainkan oleh mereka yang mengaku memiliki pengetahuan agama yang tinggi seperti para imam, ahli Taurat, dan orang-orang Farisi. Mereka merasa terganggu kemapanannya dengan hadirnya Yesus dalam masyarakat Yahudi yang membuat seakan mereka ditinggalkan oleh umat dan tidak ada lagi kebanggaan bagi mereka, sehingga tega melakukan penghakiman terhadap Yesus. Dalam memasuki minggu PraPaskah II ini, kita diingatkan untuk tidak bersikap seperti mereka yang gemar membanggakan kemapanan teologi maupun pengetahuan lain untuk merendahkan orang lain. Marilah kita melakukan pertobatan dengan tindakan koreksi diri. Adakah anggota-anggota tubuh kita yang membuat kita berdosa melalui pikiran, perkataan, dan tingkah laku yang merugikan orang lain dan tidak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah? Marilah kita semua bersedia mengikut Yesus di jalan penderitaan dan kerendahan.

Sumber: GKI Kota Wisata (www.gkikotawisata.org)

baca juga: Renungan Harian Anak Lukas 5: 1-11 | Berani Karena Dia

Baca Juga Artikel Lainnya....