Renungan-Yesaya-5-5-6-Bangkrut
Renungan-Yesaya-5-5-6-Bangkrut

Renungan Yesaya 5: 5-6 | Bangkrut

Renungan Yesaya 5: 5-6 | Bangkrut. Beberapa tahun yang lalu hampir seluruh petani bawang merah di kawasan Kabupaten Brebes berdemo, dengan cara membuang seluruh hasil panennya di hamparan jalan raya pantura. Apakah ini karena gagal panen ? Bukan …!! Ini bukan karena gagal panen. Tetapi karena harga yang jatuh di tangan tengkulak. Bayangkan harga bawang merah yang normalnya bisa menembus angka 7500 rupiah per kilo, saat itu hanya dihargai 500 rupiah per kilonya. Mungkin klo saat itu kita juga memiliki tanaman bawang merah, kita  bisa merasakan kerugian yang begitu hebat di kalangan petani bawang merah dan bisa mengalami “sakitnya ….tuh disini”. Petani sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa, selain menumpahkan kekesalannya dan melampiaskannya dengan cara membuang seluruh hasil panennya di jalan raya pantura. Mereka tidak mau peduli akibat dari perbuatannya menimbulkan kemacetan di jalur pantura berjam-jam.

Setali tiga uang, apa yang petani bawang merah rasakan saat itu, sama halnya dengan Tuhan selaku pemilik lahan anggur. Tuhan yang mencangkul lahan, membuang batu-batunya dan menanam dengan bibit anggur pilihan, tetapi yang dihasilkan hanyalah anggur yang masam rasanya (Yesaya 5:1-2).

Bangkrut

Sebuah perumpamaan yang benar-benar menghentak kehidupan ke-Kristen-an kita. Ketika diibaratkan kebun anggur itu adalah kehidupan kita, Tuhan yang menciptakan kita sejak dari kandungan Ibu, lahir dengan Kasih dan Anugerahnya sampai kita dewasa dan berumah tangga. Tetapi selama itu pula mungkin kita tidak pernah menghasilkan sesuatu yang menyenangkan hati Tuhan. Bahkan tanpa sadar kehidupan kita hanya diisi dengan rasa iri, dengki, sakit hati, marah, dendam bahkan tidak puas akan pemeliharaan Tuhan. Klo itu adanya, bukankah kita masuk dalam kategori anggur yang masam ? Akibatnya ? Tuhan akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya. Sungguh sebuah reaksi Tuhan yang cukup mengejutkan ( Yesaya 5 : 5-6).

Di sisi lain, benar apa yang tertulis di Yesaya 5 : 9  Di telingaku terdengar firman TUHAN semesta alam: “Sesungguhnya banyak rumah akan menjadi sunyi sepi; rumah-rumah yang besar dan yang baik tidak akan ada penghuninya” . Ini berbicara tentang rohani kita di dalam tubuh jasmani kita. Hari ini kita belajar untuk berkaca atas diri kita masing2. Apakah rumah yang tidak lain adalah tubuh kita, mau dibiarkan kosong melompong dan tidak menghasilkan sesuatu yang membuat hati Tuhan senang, sekalipun di mata orang kita memliki “nilai lebih”, ataukah tubuh kita mau diisi dengan Pujian , Penyembahan dan  Firman Tuhan? (Renungan Yesaya 5: 5-6 | Bangkrut)

Penulis: Yunias Herman Utomo

Leave a Reply