Renungan-Remaja-Matius-5-13-16-Jam-Tangan

Renungan Remaja Matius 5: 13-16 | Jam Tangan

Renungan Remaja Matius 5: 13-16 | Jam Tangan. Saya kesal melihat jam tangan saya rusak. Bukan itu saja, betapa terkejutnya saya ketika seseorang bertanya pada saya, “Maaf, mbak jam berapa yach? Aduh, maaf ya mbak, jam saya lagi rusak,” balas saya.

Kejadian itu sungguh memalukan. Udah jatuh ketiban tangga pula. Baru aja teman di kantor menanyakan pertanyaan yang sama. Saya betul-betul kesal. Jam yang baru saya pakai tiga bulan tiba-tiba jatuh dan rusak. Jarum jamnya sudah tidak bergerak lagi.

Dengan kesal, saya menaruh jam tersebut di lemari dan enggak pernah dipake lagi. Teman-teman saya di kantor sudah enggak pernah menanyakan “jam berapa?” pada saya, karena mereka tahu jam saya sudah rusak dan enggak terpakai lagi.

Kisah jam tangan saya yang rusak dan tak terpakai mengingatkan kebenaran rohani yang sangat berarti buat saya. Apa itu? Ya, kita adalah ibarat sebuah jam tangan. Jika pribadi kita ‘rusak’ maka kita enggak akan pernah menjadi panutan bagi orang lain.

Pribadi yang rusak punya arti jika kehidupan kerohanian kita enggak mencerminkan karakter Kristus. Masih suka berbuat dosa, dan enggak hdup lagi dalam kebenaran. Jika sikap kita demikian, kita tidak akan pernah menjadi hamba yang berguna dan teladan bagi orang lain.

Rajawali muda, bagaimana orang-orang di sekitarmu menilaimu? Sudahkah orang lain simpati terhadap kita, karena sikap, tutur kata dan sifat kita menjadi berkat bagi mereka? Atau sebaliknya, kehadiran kita menjadi ‘bau busuk’ bagi mereka?

Tentunya kita enggak mau diibaratkan seperti jam tangan yang rusak, kan? Tapi kalo kehidupan kekristenan kita aja udah rusak dan bobrok, gimana kita bisa jadi saksi bagi jiwa-jiwa yang terhilang?

Karena itu, jadilah ‘jam tangan’ yang baik dan bisa dipergunakan, yaitu dengan menjadi garam dan terang bagi dunia ini melalui sikap, sifat dan tutur kata kita. Percayalah, bila kita mampu menjadi ‘jam tangan’ yang baik, maka bisa dipastikan orang-orang akan datang menghampiri kita dan berkata, “Saya pengen bertobat dan terima Yesus?” (eel)

Leave a Reply