Renungan Harian - Siapa Anak Sulung

Renungan Malam Lukas 15:1-3; 11b-32 | Siapa Anak Sulung?

Renungan Malam Lukas 15:1-3; 11b-32. Bahan saat teduh 5B dilengkapi dengan pertanyaan yang berguna untuk memandu kita supaya lebih mendalami lagi ayat yang kita baca. Jawablah pertanyaan dibawah ini terlebih dahulu sebelumkan melanjutkan renungan malam ini.

  1. Kesalahan apakah yang telah diperbuat anak bungsu dalam perumpamaan ini? (ayat.12-13) apa akibat dari kesalahannya itu? (ayat.14-16)
  2. Kesalahan apakah yang telah diperbuat anak bungsu dalam perumpamaan ini? (ayat.12-13) apa akibat dari kesalahannya itu? (ayat.14-16)
  3. Apa yang membuat si bungsu kembali kepada bapanya? Dengan sikap seperti apakah dia datang kepada bapanya? (ayat.17-19)
  4. Bagaimanakah sikap sang bapa ketika anak bungsu itu kembali kepadanya? (ayat.20-24) Mengapa bapa itu sangat bersukacita?
  5. Mengapa si sulung marah terhadap sikap bapanya? (ayat.25-30) Dimanakah letak kesalahan anak sulung itu? (ayat.31-32)
  6. Bandingkan sikap anak sulung ini dengan sikap ahli Taurat dan orang-orang Farisi diatas (ayat.2). Apa yang Yesus hendak ajarkan kepada mereka? (ayat.32)

Siapa Anak Sulung?

Dalam Lukas 15 terdapat tiga perumpamaan, dan semuanya berbicara mengenai sesuatu yang hilang dan ditemukan kembali. Semua perumpamaan itu dimaksudkan untuk menjawab ”keberatan” orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat ketika mereka melihat para pemungut cukai dan orang-orang berdosa datang kepada Yesus (ayat.1-3). Oleh Lukas, perumpamaan tentang anak yang hilang ditempatkan sebagai klimaks/puncak dari tiga serangkai perumpamaan tersebut.  Perasaan iri, atau marah, bisa muncul ketika kita berpikir bahwa orang tersebut sebenarnya tidak pantas mendapatkan kebaikan. Di lain pihak, kita merasa keberatan karena kita yang jauh lebih baik dan lebih pantas malah tidak memperoleh anugerah sebaik itu. Kesombongan rohani seperti inilah yang ditegur dengan keras oleh Yesus.

Kesombongan rohani, yang juga bisa terjadi didalam diri kita, sungguh berbahaya bila dibiarkan menguasai hidup kita. Kesombongan rohani bisa membuat kita:

  • Meremehkan atau bahkan mengucilkan orang lain
  • Merasa iri dan marah melihat orang lain menerima anugerah
  • Tidak mampu melihat dan mensyukuri anugerah yang kita terima
  • Tidak merasa perlu untuk bertobat.

Periksalah dengan jujur, apakah Anda cenderung menghakimi dan menjauhi teman Anda yang jatuh dalam dosa ketimbang merangkul dan mengangkat mereka? Berdoalah untuk orang tersebut agar ia dapat kembali ke jalan Tuhan! [GKBJ]

Kedewasaan rohani dan kesombongan rohani adalah dua hal yang sangat berbeda, dan perbedaan itu akan nampak nyata ketika berjumpa dengan orang berdosa.

[idea]Baca Juga:

Renungan Harian Roma 5:1-11 | Dibenarkan Karena Iman

Bahan Cerita Sekolah Minggu | Salomo yang bijaksana

Renungan Harian Roma 5:1-11 | Dibenarkan Karena Iman
[/idea]

Leave a Reply