Di sebuah ladang yang kering, seorang petani terus menyiram benih yang tampaknya tidak tumbuh. Orang-orang di sekitarnya mengejek, “Mengapa kamu buang-buang waktu? Tanah itu sudah mati!” Namun, si petani menjawab, “Aku tahu ada kehidupan di sana. Aku hanya perlu sabar menunggu.” Beberapa minggu kemudian, tunas-tunas kecil mulai bermunculan, membuktikan bahwa sang petani benar.
Demikianlah Allah memperlakukan umat-Nya, Israel, seperti dalam Roma 11:1-10. Paulus menjelaskan bahwa Allah tidak menyerah kepada Israel meskipun banyak dari mereka menolak Dia. Bahkan di tengah penolakan, selalu ada “sisa” umat yang setia karena kasih karunia Allah. Paulus, seorang Israel sendiri, adalah contoh nyata bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Namun, ayat 7-10 juga menjadi peringatan: banyak yang menolak untuk mendengar dan hati mereka menjadi keras. Hal ini menunjukkan bahwa penolakan manusia terhadap kasih karunia Allah adalah masalah hati, bukan kurangnya pekerjaan Allah.
Sering kali, kita merasa Allah sudah menyerah kepada orang-orang yang tampaknya jauh dari-Nya, atau bahkan kepada diri kita sendiri ketika kita gagal. Tetapi seperti petani yang sabar, Allah tidak berhenti bekerja. Apakah kita masih percaya kepada kesetiaan-Nya?
Jangan menyerah berdoa bagi mereka yang tampaknya jauh dari Allah. Teruslah menjadi saksi kasih-Nya. Jika Anda merasa gagal, datanglah kembali kepada Allah. Dia setia menentikan umat-Nya, dan kasih karunia-Nya selalu cukup. Tuhan tidak pernah menyerah pada kita! (JL)